Kamis, 12 April 2012

Copaste dari Copaste-an

Manakala Hidupmu Tampak Susah Untuk Dijalani...


Seorang professor berdiri di depan
kelas filsafat dan mempunyai
beberapa barang di depan mejanya.

Saat kelas dimulai, tanpa
mengucapkan sepatah kata, dia
mengambil sebuah toples mayones
kosong yang besar dan mulai mengisi
dengan bola-bola golf.

Kemudian dia berkata pada para
muridnya, apakah toples itu sudah
penuh? Mahasiswa menyetujuinya.

Kemudian professor mengambil sekotak
batu koral dan menuangkannya ke
dalam toples. Dia mengguncang dengan
ringan. Batu-batu koral masuk,
mengisi tempat yang kosong di antara
bola-bola golf.

Kemudian dia bertanya pada para
muridnya, Apakah toples itu sudah
penuh? Mereka setuju bahwa toples
itu sudah penuh.

Selanjutnya profesor mengambil
sekotak pasir dan menebarkan ke
dalam toples...

Tentu saja pasir itu menutup segala
sesuatunya. Profesor sekali lagi
bertanya apakah toples sudah penuh?

Para murid dengan suara bulat
berkata, "Yaa!"

Profesor kemudian menyeduh dua
cangkir kopi dari bawah meja dan
menuangkan isinya ke dalam toples,
dan secara efektif mengisi ruangan
kosong di antara pasir.

Para murid tertawa...

"Sekarang," kata profesor ketika
suara tawa mereda, "
Saya ingin
kalian memahami bahwa toples ini
mewakili kehidupanmu.
"

"
Bola-bola golf adalah hal-hal yang
penting - Tuhan, keluarga, anak-anak,
kesehatan, teman dan para
sahabat. Jika segala sesuatu hilang
dan hanya tinggal mereka, maka
hidupmu masih tetap penuh.
"

"
Batu-batu koral adalah segala hal
lain, seperti pekerjaanmu, rumah
dan mobil.
"

"
Pasir adalah hal-hal yang lainnya
- hal-hal yg sepele.
"

"
Jika kalian pertama kali memasukkan
pasir ke dalam toples,
" lanjut
profesor, "
Maka tidak akan tersisa
ruangan untuk batu koral ataupun
untuk bola-bola golf. Hal yang sama
akan terjadi dalam hidupmu
."

"
Jika kalian menghabiskan energi
untuk hal-hal sepele, kalian tidak
akan mempunyai ruang untuk hal-hal
yang penting buat kalian
"

"Jadi..."

"
Berilah perhatian untuk hal-hal
yang kritis untuk kebahagiaanmu.
Bermainlah dengan anak-anakmu.
Luangkan waktu untuk check up
kesehatan.

Ajak pasanganmu untuk keluar makan
malam. Akan selalu ada waktu untuk
membersihkan rumah, dan memperbaiki
mobil atau perabotan.
"

"
Berikan perhatian terlebih dahulu
kepada bola-bola golf - Hal-hal
yang benar-benar penting. Atur
prioritasmu. Baru yang terakhir,
urus pasir-nya
."

Salah satu murid mengangkat tangan
dan bertanya, "
Kalau Kopi yg
dituangkan tadi mewakili apa?"

Profesor tersenyum, "
Saya senang
kamu bertanya. Itu untuk menunjukkan
kepada kalian, sekalipun hidupmu
tampak sudah begitu penuh, tetap
selalu tersedia tempat untuk
secangkir kopi bersama sahabat"
:-)

---------------------
Tulisan di atas disari dari "google bottle".
Anda bisa memberikan 
komentar di halaman ini:
http://www.anneahira.com/manakala-hidupmu-tampak-susah-untuk-dijalani.htm
---------------------

SI Tou Timou Tumou Tou dalam adat Batak | Sepotong refleksi tentang manusia memanusiakan manusia lain

Saya lahir dalam kehidupan Batak tulen dan sangat senang menjadi bagian di dalamnya. Saya tidak chauvinis, hal seperti itu sangat konyol dalam kehidupan multietnis di Kalimantan Barat yang sangat saya cintai ini. jadi saya senang memperhatikan adat Batak sementara merenung bagaimana kehidupannya.

Saya pernah ke Manado dan saya ingat betul tulisan yang saya temui pertama selain plang Bandara Sam Ratulangi, yaitu tulisan yang ada dibalik plang nama bandara tersebut. SI TOU TIMOU TUMOU TOU. Sebuah slogan dari slah satu bapak bangsa ini, Sam Ratulangi.  Simple mean is nggak ada artinya hidup jika kita nggak memberikan manfaat bagi sesama, lingkungan ataupun kehidupan ini. 
Manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain.
Berbicara dengan adat Batak (dalam hal ini Batak Toba) ada sebuah sebutan atau gelar bagi orang yang sudah meninggal. Sari Matua, SaurMatua dan Maulibulung. orang sering bertanya-tanya kenap orang Batak bisa-bisanya manortor (menari) saat berbelasungkawa, tapi saya akan menjelaskan dulu pengertian dari gelar-gelar tersebut.
Sari Matua adalah gelar bagi orang yang sudah meninggal dan ada anaknya yang sudah menikah. hal ini sesuai dengan tiga moto standar hidup orang Batak : Hamoraon (Kekayaan), Hagabeon ( Anak pnerus keturunan) dan Hasangapon (Nama Baik). Saurmatua diberikan apabila semua anak/keturunan orang yang meninggal itu telah menikah dan Maulibulung adalah gelar tertinggi, yaitu ia meninggal saat keturunan yang sampai cicit, semua anaknya masih dalam hidup. Lantas apa kaitannya hal ini dengan "Manusia Hidup Untuk Memanusiakan Manusia Läin?"
Secara sempit kita akan mengatakan bahwa proses "Manusia Hidup untuk memanusiakan manusia lain" nampak dari bagaimana anaknya bisa berhasil karena melaksanakan ketiga adat diatas juga membutuhkan daya dan dana yang cukup besar. Namun, tahukan kalian bahwa sebenarnya gelar tersebut sulit untuk disetujui oleh para Raja di  martonggo raja (sejenis pertemuan yang membahas bagaimana prosesi adat)  jika orang yang meninggal itu tidak memiliki nama baik  sesuatu yang "berkesan" atau ""berarti" bagi orang-orang yang disekitarnya khususnya bagi masyarakatnya sesama Batak. Gelar itu bukan sebatas gelar kurasa, tapi lebih dari itu, Orang Batak harus meninggalkan sesuatu yang memberi rasa dan menjadi terang bagi sesamanya (koneksi kuat dengan isi Alkitab di Injil Yohanes mengenai garam dan terang). Misal yang meninggal adalah seorang ayah, adat tersebut tak mungkin terlaksana apabila anaknya atau keturunannya yang melaksanakan adat itu tidak memiliki rasa kasih pada ayahnya yang telah berhasil membesarkannya hingga ia memiliki daya untuk melaksanakan adat tersebut. Kenapa kita jauh-jauh ingin "Memanusiakan" manusia lain sementara anak sendiri tidak kita "manusiäkan? Dalam martonggo raja pun akan terjadi beberapa interupsi dan bila yang meninggal bukanlah orang yang cukup dikenal, atau memiliki nama baik, dapat terjadi perdebatan yang alot.  Intinya, ketika anda meninggal, jangan sampai "nama" pun tak tertinggal saking anda tidak memiliki manfaat bagi sesama dan lingkungan anda. 
Indah sekali bukan mengetahui bahwa diantara pluralisme kita, kita memiliki kesamaan untuk saling membangun. Mari menjadi manusia yang memanusiakan manusia lain  :)


You are the salt of the earth, but if salt has lost its taste (its strength, its quality), how can its saltness be restored? It is not good for anything any longer but to be thrown out and trodden underfoot by men. (Mat 5:13).


 Let your light so shine before men that they may see your moral excellence and your praiseworthy, noble, and good deeds and recognize and honor and praise and glorify your Father Who is in heaven. (Mat 5:16)