Minggu, 12 April 2015

Daniel 6, sebuah refleksi

KIsah Daniel adalah salah satu kisah favoritku sejak zaman sekolah minggu dan salah satu kisah yang cukup terkenal dari nabi ini adalah di gua singa. Inti ceritanya yang telah kita ketahui pasti adalah bagaimana nabi Daniel bisa selamat dari singa-singa lapar dan betapa besar Daniel memegang imannya kepada Tuhan.
Saat menjadi saat teduh di usia yang ke 21 tahun ini, aku menyadari bahwa satu rangkai kisah ini indah sekali. Tiap ayat dari cerita itu punya detail menarik yang mencerahkan. Berikut kurangkum hal-hal yang tertangkap olehku:

1. Daniel adalah pejabat.
Ini penting! Pejabat,  sebagai seorang stakeholder. Stigma gelap tentang pejabat di negeri kita memang sedikit mempengaruhi pandanganku, khususnya anak-anak Tuhan untuk jadi pejabat. (Aku sih, nggak tahu deh, kalian gimana). Sedikit banyak pikiranku mengenai pejabat dan sekitarnya adalah itu rawan sekali, udahlah hidup itu biasa-biasa aja. Tapi, Daniel ambil bagian buat jadi public decision making.


..... dan Daniel adalah salah satu dari ketiga orang itu (tiga pejabat tinggi, red); kepada merekalah para wakil-wakil raja harus memberi pertanggung  jawab, supaya raja jangan dirugikan. Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa.... (Daniel 6: 3-4)

Ini memotivasi buat ambil bagian secara nyata dengan menduduki bagian-bagian penting, mungkin dalam pekerjaan, atau sebagai pejabat publik dan pembentuk kebijakan atau jabatan penting lainnya, di negeri ini, di bangsa ini. Aku membayangkan pejabat sesungguhnya punya akses lebih lebar buat  pembentukan kebijakan yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Untuk membawa kesejahteraan, kebaikan, dengan nilai-nilai yang telah kita peroleh dari firman Tuhan. Ya, untuk dipakai Tuhan sebagai alat yang nyata bagi kemuliaanNya. 

2. Daniel setia dan tidak ditemui kesalahan adalah pejabat.

Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apa pun atau sesuatu kesalahan, sebab Ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kesalahan atau sesuatu kesalahan padanya ( Daniel 6:5)

Sebagai pejabat, segala sesuatu yang dilakukannya pasti disorot. Selebritis cuma menyusui anak aja di zaman saat ini bisa masuk tipi, apalagi seorang wakil raja langsung yang membawahi kekuasaan agung Darius. Dengan jabatan yang setinggi itu, bisa saja Daniel jadi orang yang sewenang-wenang atau kompromi dengan dunia, atau jadi pejabat yang 'asal bapak senang'. Bayangin, jabatannya itu kan rawan korupsi, kalo misalnya wakil-wakil raja di tiap daerah ngasih upeti ke dia terus dia minta lebih, mungkin nggak ada yang menentang. Atau ada saingannya si Darius yang mau ngejatuhin Darius lalu minta kongkalikong sama Daniel, bisa aja kan?  Tapi enggak, mereka tidak mendapat alasan apa pun atau sesuatu kesalahan, sebab Ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kesalahan atau sesuatu kesalahan padanya . Seorang anak Tuhan yang jadi pejabat punya kelas yang beda, seperti Daniel. 

3. Sesibuk-sibuknya dia, Daniel selalu punya waktu buat Tuhan 

Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah Ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa, serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. (Daniel 6:11)

Ini penting! Penting dan sangat menegur secara pribadi untukku. Seseorang yang termasuk pejabat tinggi yang membawahi wakil raja di tiap daerah , kalau dibandingkan dengan sistem pemerintahan Indonesia, Daniel mungkin adalah salah satu bagian dari menteri koordinator. Bayangkan menteri koordinator, itu sibuknya kayak apa. Rapat sana, rapat sini, tinjau sana, tinjau sini. Dia harus baca laporan dari tiap wakil raja yang di daerah, paham kondisi situasi, mengambil keputusan, belum lagi kalau raja banyak maunya. Belum lagi ada wilayah yang mungkin minta-minta memisahkan diri. Tapi Daniel biasa melakukan :  tiga kali sehari ia berlutut, berdoa, serta memuji Allahnya. Dan dia melakukannya tiap hari.  Dan tetap melakukannya meski telah dikeluarkan peraturan menyembah hanya kepada raja dan hukuman yang berat jika menyembah kepada yang lain (ayat 7-10).

Dengan pikiran manusiaku, aku membayangkan diriku di posisi Daniel dan ini lah yang terpikirkan.
1) Tuhan, aku pejabat loh. Iya pejabat publik. Jarang-jarang kan orang buangan bisa jadi pejabat tinggi? Wakil-wakil raja aja jadi bawahanku.
2) Aku sibuk banget nih, Tuhan. Mau ada rapat sama anggota dewan, ini itu, perjalanan jauh, jangankan buat berdoa, makan aja kadang nggak sempat.
3) Ngomong-ngomong, itu si raja Darius mengeluarkan perintah baru Tuhan. Aku hanya nggak berdoa selama 30 hari kok Tuhan, hanya gara-gara 30 hari nggak berdoa bukan berarti aku nggak ingat sama Tuhan kan? habis 30 hari ini , aku kembali menyembah Tuhan lagi kok. Nanti aku dihukum dan diturunkan dari jabatanku, malu dan matinya dimakan singa.

Oke mungkin kalian juga masih sulit membayangkan karena kita hidup di negara yang beragama. Mungkin peraturan ini mirip kondisi di negara-negara seperti Korea Utara, kamu harus menyembah kepada pemerintahmu dan jika tidak melakukannya kamu akan dihukum. Dengan segala alasan dan pembenaran yang mungkin sering kita (aku) lakukan, mungkin kita mengabaikan Allah.
Apa kamu sering nggak sempat berdoa dan saat teduh karena sibuk?
Kalau ya, oke kita sama.
Sering beralasan tidak sempat untuk mengikuti persekutuan atau membantu seorang akan yang lain?
oke, kita teman juga untuk alasan ini.
Jadi kita mati-matian buat pekerjaan duniawi kita, berusaha menyenangkan manusia lalu lupa menyenangkan hati Tuhan.
Mungkin kita sibuk (dengan definisi sibuk masing-masing) atau karena peraturan tertentu.
Daniel, dia tetap berusaha setia pada Tuhan yang selalu ingin dia senangkan. Meski sibuk, meski orang cemburu, meski ada aturan yang menentang. Ia tetap memegang Tuhan dan mengingat Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita masih sering berdoa ketika dalam keadaan sulit saja? Atau dalam masa senang untuk bersyukur saja lalu meninggalkannya ketika sulit? Dan dengan segala jabatan dan kenikmatan dunia kita sering menduakan Tuhan? Tuhan itu keren ya, Dia nggak pernah menyerah untuk membuat kita jatuh cinta padaNya. Sampai Tuhan Yesus mati di kayu salib buat kita. Tuhan Yesus sudah bangkit, kita juga harus bangkit buat jadi annak-anak Tuhan yang punya kepribadian selevel Daniel. By the way, walaupun menulis ini, aku juga masih jauh dari Daniel. Kita sama kok. Masih dalam proses buat setia.  Selamat bertekun dan berjuang!

Oh ya, ini lagu favoritku waktu habis saat teduh ini
http://www.deezer.com/profile/475827202/loved judulnya I'd rather have Jesus